
November 06, 2025 –Pelaksanaan Tes Kompetensi Akademik (TKA) di SMKN 2 Cimahi berjalan dengan baik dan mendapat antusiasme tinggi dari para siswa.
Berdasarkan data sekolah, sebanyak 441 dari total 554 siswa kelas XII, atau sekitar 80%, dapat mengikuti TKA dengan lancar.
Selain peserta internal, terdapat pula delapan peserta titipan dari luar daerah, yaitu empat siswa dari SMKN 4 Pangkalpinang dan empat siswa dari SMKN 1 Sumatera Barat.
Kusman Subarja, S.Pd., M.T., selaku Wakil Kepala Sekolah Bidang Kurikulum SMKN 2 Cimahi, menjelaskan bahwa tingginya partisipasi siswa patut diapresiasi, namun pelaksanaan TKA juga menghadirkan tantangan tersendiri karena bertepatan dengan kegiatan Praktik Kerja Lapangan (PKL).
Tantangan ini bukan hanya dihadapi secara internal, tetapi juga eksternal. SMKN 2 Cimahi harus mengakomodir peserta titipan dari luar daerah, termasuk satu siswa dari SMKN 2 cimahi yang terpaksa dititipkan ke SMKN 3 Denpasar, Bali, karena sedang melaksanakan PKL di Bali.
Menurut Kusman Subarja, waktu pelaksanaan TKA yang bertepatan dengan masa Praktik Kerja Lapangan (PKL) siswa kelas XII, menyebabkan proses sosialisasi, pendaftaran, proses verifikasi, serta pengisian dokumen harus dilakukan secara daring dengan koordinasi yang terbatas.
Hal ini menjadi tantangan tersendiri karena layanan dan pendampingan kepada siswa tidak dapat dilakukan secara maksimal.
Menurut Kusman Subarja, kondisi tersebut menunjukkan perlunya penyesuaian jadwal pelaksanaan TKA untuk SMK. Ia menilai bahwa pelaksanaan TKA akan lebih efektif jika dilakukan pada semester genap kelas XI, sebelum siswa melaksanakan PKL.
Dengan demikian, siswa dapat mengikuti TKA dengan lebih fokus tanpa mengganggu kegiatan praktik di industri yang menjadi bagian penting dari proses pembelajaran di SMK.
Lebih lanjut, menurut Kusman Subarja, pelaksanaan TKA bagi siswa SMK seharusnya diberikan diferensiasi agar sesuai dengan karakteristik pembelajaran vokasi.
Pembelajaran di SMK lebih menekankan pada aspek kebermaknaan, terapan, dan berbasis keahlian, sedangkan jika dicermati kembali contoh-contoh soal pada uji coba, simulasi dan gladi TKA saat ini cenderung masih disamakan dengan SMA.
Hal ini berdampak pada kesulitan siswa dalam mengerjakan soal, terutama pada mata pelajaran seperti Matematika, yang lebih menekankan kemampuan analitis dan teoretis.
Kusman Subarja menilai kebijakan TKA (Tes Kompetensi Akademik) yang seragam belum sejalan dengan semangat diferensiasi pendidikan yang sedang digalakkan.
Misalnya, matematika bidang teknologi berbeda dengan matematika bidang seni, dan hal ini harus disesuaikan dengan kebutuhan program keahlian agar pendidikan lebih bermakna
Saat ini, baru satu pelajaran pilihan, yaitu Proyek Kreatif dan Kewirausahaan, yang diakomodir dalam TKA. Sementara itu, mata pelajaran kejuruan yang menjadi inti pembelajaran di SMK belum mendapat porsi dalam TKA.
Menurut Kusman Subarja, Keputusan Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah RI Nomor 102/M/2025 Tentang Mata Pelajaran Pendukung Program Studi dalam SNBP belum mengakomodasi SMK karena tidak mencantumkan mata pelajaran kejuruan atau khas SMK sebagai mata pelajaran pendukung Rumpun Ilmu atau Bidang Studi Perguruan Tinggi.
Hal ini menimbulkan kebingungan bagi siswa SMK yang ingin melanjutkan studi melalui jalur SNBP.
Meskipun demikian, menurut Kusman Subarja, tingkat partisipasi siswa SMKN 2 Cimahi dalam TKA tahun ini tetap menunjukkan semangat yang tinggi.
Hal ini menjadi bukti bahwa siswa SMK memiliki motivasi dan kesiapan untuk bersaing di tingkat nasional, meskipun menghadapi berbagai keterbatasan.
Sebagai penutup refleksinya, Kusman Subarja menyampaikan harapan agar pelaksanaan TKA di masa mendatang dapat lebih mengakomodir kebutuhan dan ke-khasan SMK.
Dengan adanya diferensiasi yang tepat, TKA diharapkan tidak hanya menjadi sarana seleksi akademik, tetapi juga menjadi bentuk apresiasi terhadap keunikan, kompetensi, dan potensi siswa SMK di seluruh Indonesia. [dyh]*




